Rabu, 09 April 2014

LIPID



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lipid merupakan gudang energi, tidak larut dalam air dan dapat diekstraksi dari komponen sel lainnya dengan pelarut organik seperti hidrokarbon dan karbon tetraklorida (Poedjiadi, 2009).
Senyawa organik lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan. Golongan Lipid adalah segolongan besar senyawa tak larut di dalam air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik misalnya eter dan kloroform dan merupakan senyawa yang heterogen dari jaringan. Sifat ini yang membedakan dengan karbohidrat, protein, asam nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan dengan cara ekstrasi menggunakan alkohol panas, eter dan pelarut lemak yang lainnya. Macam senyawa itu kuantitasnya yang diperoleh dari ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang dapat digunakan (Rosita, 2003).
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu (Choke, 2009) :
1.        Lipid sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alkohol. Misalnya pada lilin   dan gliserol.
2.        Lipid gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan misalnya fosfolipid.
3.        Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya lemak dan gliserol.
4.        Penggolongan lipid berdasarkan kemiripan struktur kimianya yaitu :
a.    asam lemak
b.    lemak
c.    lilin
d.   fosfolipid
e.    sfingolipid
f.     Terpen
g.    Steroid
h.    lipid kompleks (Poedjiadi, 2009).
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai  asam lemak esensial karena tidak memiliki enzim untuk menghasilkannya (Suci, 2011).
Lemak dapat dibagi menjadi gliserin dan asam lemak, campuran yang dihasilkan mengandung tiga molekul asam lemak untuk setiap molekul gliserin. Karena itu proporsi asam untuk gliserin, senyawa kimia yang ditemukan dalam lemak sebelum split diketahui kimia sebagai triglycerids. Karena ada sejumlah asam lemak yang berbeda yang terjadi dalam lemak alam, banyak perbedaan yang sangat triglycerids ditemui di alam. Ini diberi nama sesuai dengan asam lemak atau asam yang dikandungnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Minyak tanah dan minyak pelumas adalah derivat dari minyak residu dan batu bara yang berisikan karbon dan nitrogen. Minyak bisa sampai ke perairan sebagai limbah. Sebagian besar lemak mengapung di dalam air limbah, akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa oleh lumpur (Salirawati et al., 2007).
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dari pada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak (Salirawati et al., 2007).
Lemak mempunyai beberapa manfaat pada tanaman yaitu sebagai lapisan lilin berfungsi untuk mengurangi laju transpirasi pada tanaman, karena irama laju asupan karbohidrat yang cukup tinggi bagi tanaman, maka asupan tersebut harus segera diolah oleh tubuh tumbuhan, menjadi energi maupun disimpan sebagai glikogen. Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas (Salirawati et al., 2007).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami cara melakukan analisis lemak kasar dengan metode ekstraksi Soxhlet, melakukan perhitungan kadar lemak kasar, dan mampu menganalisis kadar lemak berbagai jenis bahan atau produk pertanian.


TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak  mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina  2002).
Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam karboksilat suku tinggi. Asam penyusun lemak disebut asam lemak. Asam lemak yang terdapat di alam adalah asam palmitat (C15H31COOH), asam stearat (C17H35COOH), asam oleat (C17H33COOH), dan asam linoleat (C17H29COOH). Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida.
Lemak mempunyai sifat-sifat fisik sebagai berikut :
a.       Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
b.       Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik lebur 71 °C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat) mempunyai titik lebur –17 °C.
c.        Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
d.      Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panasmerupakan pelarut lemak yang baik.
Sedangkan sifat-sifat kimia lemak yaitu sebagai berikut :
a.        Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi serta penukaran ester (transesterifikasi)
b.      Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Hal ini terjadi disebabkan adanya sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
c.       Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila reaksi penyabunan telah selesai, maka lapisan air yang mengandung gliserol dapat dipisahkan dengan cara penyulingan.
d.       Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak atau minyak Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
e.       Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
f.       Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak (Suci, 2011).
Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang (Sriyana, 2005).
            Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi kering yaitu metode Soxhlet (Sriyana, 2005).
Soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan penyaluran. Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada metode kontinu (Sriyana, 2005).
Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out (Rosita, 2003).
Langkah-langkah dalam metode Soxhlet adalah: menimbang tabung pendidihan, menuangkan eter anhydrous dalam tabung pendidihan, susun tabung pendidihan, tabung Soxhlet, dan kondensator, ekstraksi dalam Soxhlet, mengeringkan tabung pendidihan yang berisi lemak yang terekstraksi pada oven 1000C selama 30 menit, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (Sriyana, 2005).
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel), di atas sampel ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan titik didih 60 sampai dengan 80°C. Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan petroleum spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan lemak pada pelarut organik. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam Soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan Soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak kemudian mulai dipanaskan (Sriyana, 2005).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju  labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Sriyana, 2005).
Faktor-faktor yang memengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-negatif (Rosita, 2003).
Lemak pada tumbuhan umumnya terdapat dalam bentuk lemak dan minyak. Lemak dan minyak yang tergolong lipida berfungsi sebagai pembentuk struktur membran sel, sebagai bahan cadangan dan sebagai sumber energi. Selain dalam bentuk minyak dan lemak, lemak juga terdapat dalam bentuk senyawa lapisan pelindung pada epidermis batang, daun dan buah (Suci, 2011).
Penyimpanan asam lemak berbentuk minyak dan lemak dalam jumlah yang relatif besar dapat ditemukan sebagai bahan cadangan penting dalam buah dan biji-bijian. Cadangan ini tersimpan dalam endosperm atau perisperm dalam bentuk lipid dengan kandungan yang beragam (Suci, 2011).
Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian termasuk pada biji kacang buncis dan kacang panjang sebagai sumber energi. Cadangan ini merupakan salah satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi pertumbuhan (Suci, 2011).
Pada sel tumbuhan, cadangan lipid adalah asam lemak. Cadangan ini oleh lipase dihidrolisir menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak ini dipakai dalam sintesis fosfolipid dan glikolipid yang diperlukan untuk pembentukan organel. Sebagian besar diubah menjadi gula dan diangkut untuk pertumbuhan kecambah (Suci, 2011).
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dan sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous. Keuntungan dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahan metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak (Sriyana,2005).
Analisis lemak kasar merupakan salah satu komponen dari rangkaian analisis proksimat yang sering dilakukan pada analisis bahan pakan ternak. Analisis kadar lemak kasar yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Shoxlet yang dimodifikasi (Sriyana, 2005).
           


BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
            Alat yang digunakan berupa seperangkat Soxhlet, alat pemanas Soxhlet, timbangan neraca analitik, mortar dan pastle.
Bahan
            Bahan yang digunakan adalah kertas saring, pelarut lemak (Petroleum Benzine), kacang panjang dan buncis.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 24 Nopember 2013 pukul 11.00 WITA sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Analisa Kimia Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
1.   Timbang labu alas, oven labu alas selama 6 jam dengan suhu 900C.
2.   Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 5 gr.
3.   Setelah sampel ditimbang, sampel dibungkus dengan kertas saring sebanyak 2 lapis.
4.   Setelah itu, masukkan sampel yang telah dibungkus ke dalam tabung Soxhlet.
5.   Labu Soxhlet ditimbang dengan neraca analitik.
6.   Masukkan pelarut lemak ke dalam labu sebanyak 140 ml.
7.   Kemudian lakukan ekstraksi selama 4 jam.
8.   Sampel yang telah diekstraksi, dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 600C.
9.   Setelah itu sampel didinginkan di desikator, barulah sampel ditimbang lagi.






















HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Pengujian lemak pada sampel tanaman
No
               Sampel
1
2
3
1.
Kacang Panjang
1,9 %
3,9 %
4,0 %
2.
Kacang Buncis
0,8 %
6,0 %
4,0 %

Perhitungan
% Lemak =
Hasil dan perhitungan
Diketahui :Berat sampel = 5,00 gr
Berat labu = 106,9 gr
Berat akhir = 107,1gr
Berat lemak = Berat akhir – Berat labu
% Lemak =
=
= 4,00 %
Jadi kandungan lemak kasar pada kacang tanah adalah 4,00 %







Pembahasan

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur- unsur mineral. Unsur mineral juga di kenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah jelas diketahui fungsinya pada makanan ternak, belum banyak penelitian sejenis dilakuakan pada manusia. Karena itu peranan berbagai unsur mineral bagi manusia masih belum sepenuhnya diketahui (Rosita,2003).
Dari praktikum yang telah dilakukan berat awal kacang  ditimbang sebesar 5,00 gram dan berat labu awal 106,9 gram menjadi 107,1 gram dengan petrolium benzin sebanyak 125 ml. Sebelumnya  yang dipersiapkan labu lemak dan dioven dengan suhu 105 selama 3-4 jam kemudian di masukkan kedalam desikator dan didinginkan, kemudian labu lemak ditimbang lagi. Setelah dilakukan ekstraksi diperoleh kadar/kandungan lemak sebesar 4,00 %, dimana hasil tersebut diperoleh dari hasil perkalian berat lemak sebesar 107,1 dikurang 106,9 yang dibagi dengan berat sampel sebesar 5,00 gram kemudian dikalikan dengan 100 %.
Dari hasil praktikum tersebut diketahui bahwa hasil kadar lemak untuk setiap kelompok berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kadar air yang terkandung dalam biji semakin banyak kadar air yang terkandung dalam biji maka kadar lemak semakin tinggi, waktu pemanenan dan lama penyimpanan biji. Lamanya waktu pemanenan dan penyimpanan menyebabkan kandungan air pada biji semakin berkurang sehingga kandungan lemak dalam biji tersebut juga berkurang.
Soxhlet merupakan metode penyarian yang menggunakan alat Soxhlet. Pada proses ini, sampel yang akan diekstraksi dimasukkan dalam sebuah kantung ekstraksi, lalu diletakkan di bagian alat Soxlet dan digenangi dengan pelarut yang cocok. Pemanasan yang dilakukan akan menyebabkan pelarut menguap ke atas dan akan diembunkan oleh pendingin udara menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali, bila melewati batas lubang pipa samping Soxhlet maka akan terjadi sirkulasi yang berulang-ulang dan menghasilkan sirkulasi yang baik (Rosita, 2003).
Keuntungan Soxhletasi adalah membutuhkan pelarut yang sedikit, karena penyarian terjadi berulang-ulang sehingga simplisia terus menerus diperbaharui dan zat yang tersari didalam pelarut lebih banyak. Kerugian dari prosedur Soxhletasi biasanya hanya dipergunakan untuk konstituen yang relatif aman terhadap pengaruh pemanasan dan hanya dipergunakan untuk simplisia tumbuhan dan jumlah kecil oleh karena keterbatasan daya tampung dari alat Soxhlet tersebut (Rosita, 2003).
Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi (Rosita, 2003) .
Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi. Cadangan ini merupakan salah-satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi Pertumbuhan. Penguraian lemak secara kimiawi menghasilkan energi dalam jumlah yang lebih besar sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari penguraian karbohidrat (Rosita, 2003).
Pada sel tumbuhan, cadangan lipid adalah asam lemak. Cadangan ini olehlipase dihidrolisir menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak ini dipakai dalam sintesis fosfolipid dan glikolipid yang diperlukan untuk pembentukan organel.Sebagian besar diubah menjadi gula dan diangkut untuk pertumbuhan kecambah (Rosita, 2003).













KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
2.    Fungsi utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi. Cadangan ini merupakan salah satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi pertumbuhan.
3.    Penguraian lemak secara kimiawi menghasilkan energi dalam jumlah yang lebih besar sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari penguraian karbohidrat.
4.    Total kadar lemak pada kacang buncis adalah 4,00 %.

Saran
Sebelum praktikum, hendaknya diawali dengan mengenalkan alat  yang digunakan agar praktikan dapat mengetahui dan dapat mengoprasikan.









DAFTAR PUSTAKA
Choke. 2009. Bab 1- Minyak Nabati.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Rosita, Sipayung. 2003 Biosintesis Asam Lemak Pada Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Sumatera Utara

Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Grasindo. Jakarta.
Sriyana S. 2005. Analisi Kandungan Lemak Kasar Pada Pakan Ternak Dengan Menggunakan Bahan Pengextrak  Bensin Biasa Yang  Disuling. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Loka Penelitian Sapi Potong Grati-Pasuruan.

Suci, Q. Sakinah. 2011. Lipid. Laboraturium Terpadu Kesehatan Masyarakat Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin. Makasar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar