Rabu, 09 April 2014

METABOLIT SEKUNDER



PENDAHULUAN
Latar belakang
Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh organisme yang terbentuk melalui proses metabolisme sekunder yang disintesis dari banyak senyawa metabolisme primer, seperti asam amino, asetil koenzim A, asam mevalonat dan senyawa antara dari jalur shikimat. Beberapa hal penting yang membedakan antara senyawa metabolit sekunder dengan senyawa metabolit primer adalah penyebaran metabolit sekunder lebih terbatas serta memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda untuk tiap famili, spesies bahkan organ tanaman tertentu.  Senyawa ini dapat hanya diproduksi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan tertentu atau selama periode terjadinya cekaman serta adanya serangan pathogen (Amaliah, 2012).
Menurut Amaliah (2012), fungsi senyawa metabolit sekunder antara lain sebagai pertahanan tubuh bagi tumbuhan dari serangan hama dan patogen penyebab penyakit, sebagai atraktan hewan polinator dan sebagai hormon pengatur pertumbuhan. Bagi manusia, senyawa metabolit sekunder digunakan sebagai bahan obat-obatan, pewangi, fragran pada makanan dan minuman serta senyawa yang digunakan dalam industri kosmetika.
Tanaman memiliki kemampuan memproduksi metabolit sekunder yang sangat banyak dan kompleks. Namun pada dasarnya, senyawa metabolit sekunder terbagi ke dalam beberapa golongan besar yaitu alkaloid, fenolik dan terpenoid. Setiap golongan senyawa memiliki karakteristik yang spesifik baik dalam hal persenyawaan maupun reaksi kimia yang kemudian menentukan perannya dalam tumbuhan (Eni, 2005).
Alkaloid dapat diketahui secara langsung dari tanaman karena memberikan rasa pahit di lidah. Senyawa ini dapat beracun bagi mahluk hidup namun dalam kondisi tertentu bermanfaat dalam pengobatan (Amaliah, 2012).
Senyawa yang tergolong ke dalam fenolik merupakan senyawa yang mengandung satu cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa ini memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat bagi manusia, seperti sebagai anti bakteri dan antioksidan. Berdasarkan struktur kimia, fenolik dibagi menjadi senyawa fenolik sederhana seperti flavonoid dan fenolik kompleks seperti tanin. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenolik yang terbesar di alam. Senyawa ini merupakan turunan dari polifenil dengan dua cincin benzena. Tanin merupakan senyawa lain turunan fenolik dari bahan polimer. Tanin dapat diketahui dari rasanya yang sepat (Yuhernita, 2011).
            Terpenoid yang sering disebut sebagai terpen merupakan bagian dari senyawa minyak atsiri yang tidak aromatik dengan kerangka bangun berupa isoprenoid. Berdasarkan jumlah isoprenoid yang membangunnya, terpenoid terbagi ke dalam banyak golongan, salah satunya adalah triterpenoid yang memiliki enam unit isoprenoid. Dalam tumbuhan, senyawa ini banyak berfungsi sebagai hormon, pigmen dan prekursor vitamin. Selain itu, terpenoid memiliki banyak turunan senyawa, antara lain steroid dan saponin. Steroid dapat ditemukan dalam jaringan tumbuhan maupun hewan. Banyak steroid tumbuhan yang beracun bagi manusia namun dapat juga bermanfaat sebagai obat. Saponin dapat membentuk busa seperti sabun bila dikocok dengan air. Saponin sering dipergunakan dalam kegiatan laboratorium dalam sintesis senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi mahluk hidup (Erik, 2011).
Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.      Mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam berbagai jenis tumbuhan.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam mengekstrak dan menganalisis senyawa metabolit sekunder dari berbagai jenis tumbuhan.
3.      Menentukan kandungan senyawa metabolit sekunder dari berbagai jenis tumbuhan yang di analisis secara kualitatif.









TINJAUAN PUSTAKA
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu. Senyawa ini diproduksi hanya  dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus untuk mempertahankan diri  dari habitatnya dan tidak berperan penting dalam proses metabolisme utama (primer). Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati) (Amaliah, 2012).
Faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder
1.    Formulasi/komposisi media kultur.
2.    Faktor fisik (suhu, cahaya, kelembaban).
3.    Faktor genetik (genotipa sel).
4.    Faktor Stress lingkungan (logam berat, elicitor, sinar UV) (Simbala, 2009).
Metabolit sekunder merupakan senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan disintesis dalam jumlah sedikit untuk mempertahankan diri dari perubahan lingkungan sekitar. Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu :
-       Terpenoid mengandung karbon dan hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat. Contoh dari terpenoid yaitu monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
-       Fenolik, senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya. Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
-        Kelompok metabolit sekunder yang lain yaitu senyawa yang mengandung nitrogen. Contoh dari kelompok yang mengandung nitrogen adalah alkaloid dan glukosinolat. Alkaloid dapat diketahui secara langsung dari tanaman karena memberikan rasa pahit di lidah. Senyawa ini dapat beracun bagi mahluk hidup namun dalam kondisi tertentu bermanfaat dalam pengobatan (Yuhernita, 2011).
Struktur penghasil metabolit sekunder terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
  1. Jaringan Rekresi adalah jaringan yang mengeluarkan senyawa yang belum melewati proses metabolisme. Jaringan ini terdiri dari hidatoda dan kelenjar garam. Hidatoda merupakan struktur yang mengeluarkan air dari mesofil ke permukaan daun. Sedangkan kelenjar garam berfungsi untuk mengeluarkan garam yang terserap.
  2. Jaringan Ekskresi merupakan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Jaringan ini terdiri dari :
-          Rambut kelenjar dan kelenjar. Terdapat pada bagian trikoma. Fungsi rambut kelenjar adalah menyaring zat-zat ekskresi misalnya minyak atsiri dan mengatur pengeluaran ekskresi lewat plasma sedangkan kelenjar berfungsi untuk penghasil lendir.
-            Kelenjar madu. Umunya terdapat pada bagian bunga, merupakan kelenjar di bagian pangkal. Bentuknya berupa tonjolan yang terdiri dari banyak sel diatasnya memiliki plasma yang kental.
-            Osmofora adalah kelenjar yang menghasilkan minyak menguap pada         bagian-bagian bunga.
3. Jaringan Sekresi (Kelenjar Internal)
Pada tumbuhan terdapat struktur sekresi khusus yang berupa sel atau sekelompok sel mensekresikan senyawa-senyawa tertentu yang tidak dikeluarkan dari tubuh. Berdasarkan tempat penyimpanan materi yang akan disekresikan, sel penghasil metabolit sekunder terdiri dari 2 macam, yaitu :
a.  Sekresi intraseluler. Sekresi yang menyekresikan materinya di dalam sel. Salah satu contohnya yaitu Idioblas sel. Idioblas sel merupakan sel yang terspesialisasi untuk menyimpan senyawa metabolit. Sel idioblas sedikit berbeda dibandingkan dengan sel-sel di sekitarnya, tersusun tunggal atau dalam barisan yang panjang misalnya latisifer, litosis pada ficus. Idioblas dapat mengandung resin, tannin, lendir, kristal, minyak dan lain-lain.
b.  Sekresi ekstraseluler. Sekresi ekstraseluler adalah materi disekresikan ke luar sel. Struktur sekresi ekstraseluler dapat terbentuk secara schizogenous atau lysigenous. Kantung sekresi yang terbentuk secara lisigen tidak akan memiliki sel epitel sebagai pembatasnya, karena kantung/saluran terbentuk secara lisis (Kimeni, 2012). Sekresi extraseluler dibagi menjadi dua yaitu Sekresi endogen apabila akumulasi materi untuk sekresi terjadi di ruang antar sel dan Sekresi eksogen apabila materi disekresikan keluar dari tumbuhan dan terjadi dalam berbagai struktur sekretori epidermal (Harborne, 1987).


BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
            Alat yang digunakan antara lain pisau, mortar, oven, penangas air, tabung reaksi, tutup tabung reaksi dan kertas saring.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun tapak dara, daun sawi, kulit wortel, bunga mawar, sirih merah  dan kunyit. Pelarut yang digunakan berupa etanol, kloroform dan aquades. Bahan kimia lain yang digunakan adalah NH4OH, H2SO4 2 M, reagen Dragendorf, reagen Wagner, magnesium, HCl pekat, amil alkohol, FeCl3 10%, dietil eter dan asam asetat anhidrat.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu  tanggal 7 Desember 2013 pukul 12.00 WITA sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Analisa Kimia Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.



Prosedur Kerja
Tahapan yang dilakukan dalam analisis metabolit sekunder dari berbagai bahan adalah sebagai berikut :
Persiapan bahan baku sebagai simplisia
            Pembuatan simplisia diawali dengan mengering anginkan bahan baku tanpa dilakukan pemanasan sinar matahari selama 24 jam. Kemudian dilakukan perajangan bahan baku, yaitu memotong-motong bahan baku menjadi bagian-bagian yang kecil untuk memudahkan ekstraksi bahan. Lalu bahan dioven dalam suhu ± 50 oC selama 24 jam sehingga benar-benar menghilangkan kandungan air yang masih tersisa di dalam bahan. Setelah itu, bahan ditumbuk halus menjadi serbuk simplisia yang siap untuk diekstrak.
Ekstraksi
            Metode yang digunakan untuk mengekstrak simplisia adalah dengan cara maserasi. Simplisia direndam dalam etano l 96 % teknis selama 24 jam pada suhu kamar. Hasil maserasi kemudian disaring dan filtratnya diuapkan pada suhu 50 oC dengan  penangas air hingga didapatkan residunya. Setelah itu, dilakukan pengujian kandungan metabolit sekunder pada masing-masing sampel.
Analisis metabolit sekunder (Metode Harborne, 1996).
            Analisis yang dilakukan meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji tanin, uji saponin, uji triterpenoid dan uji steroid.


Uji alkaloid
            Sebanyak 2 mg sampel dilarutkan dengan kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring dalam tabung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan beberapa tetes H2SO4 2 M. Lalu akan terbentuk lapisan keruh yang tidak digunakan dan lapisan asam yang tidak berwarna yang kemudian dipisahkan dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam kemudian diteteskan pada lempeng tetes dan diuji dengan tetes demi tetes reagen Dragendorf atau Wagner. Jika pada penetesan reagen Dragendorf terbentuk endapan warna jingga, maka sampel mengandung alkaloid, dan jika ditetesi dengan reagen Wagner, maka senyawa alkaloid akan diindikasikan dengan terbentuknya endapan berwarna coklat. Hitung pada tetesan keberapa endapan tersebut terbentuk. Semakin cepat endapan terbentuk, maka kandungan alkaloid secara kualitatif semakin tinggi.
Uji flavonoid, tanin dan saponin
            Sebanyak 5 g sampel dilarutkan dalam aquades kemudian dipanaskan selama 5 menit, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi untuk dilakukan pengujian. Pada uji flavonoid, sebanyak 5 ml filtrat ditambahkan 0.5 g serbuk Mg, 1 ml HCl pekat dan amil alkohol kemudian dikocok kuat-kuat. Terbentukya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid. Semakin tua warna yang terbentuk maka kandungan flavonoid secara kualitatif semakin tinggi. Pada uji tanin, sebanyak 5 ml filtrat ditambahkan 3 tetes FeCl3 10%. Keberadaan tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua atau hitam kehijauan. Semakin pekat warna yang terbentuk maka kandungan tanin secara kualitatif semakin tinggi. Pada uji saponin, sebanyak 10 ml filtrat dilakukan pengocokan kuat dalam tabung reaksi tertutup selama 10 menit. Munculnya busa yang stabil (± 10 menit) menunjukkan adanya saponin. Semakin tinggi buih yang terbentuk maka kandungan tanin secara kualitatif semakin tinggi.
Uji triterpenoid dan steroid
            Sebanyak 2 g sampel dilarutkan dalam etanol panas (50 0C) kemudian disaring dan diuapkan sampai kering. Pada residu yang dihasilkan ditambahkan 1 ml dietil eter dan dihomogenasikan lalu ekstrak dietil eter tersebut dipindahkan pada lempeng tetes. Kemudian ditambahkan dengan 1 tetes H2SO4 pekat dan 1 tetes asam asetat anhidrat (Uji Liemerman-Burchard). Warna merah atau ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid. Semakin pekat warna yang terbentuk maka kandungan triterpenoid dan steroid secara kualitatif semakin tinggi.










HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil uji Alkaloid,Flavonoid, Tanin, Saponin, Triterpenoid dan Steroid
No.
Senyawa Metabilit Sekunder
Kandungan yang terdapat pada tanaman
Tapak dara
Sawi
Bunga mawar
Wortel
Kunyit
Sirih
   1.
Alkaloid
ü   
ü   
-
-
-
-
2.
Flavonoid
-
-
ü   
ü   
-
-
3.
Tanin
-
-
-
ü   
ü   
-
4.
Saponin
-
-
ü   
-
ü   
-
5.
Triterpenoid
-
-
-
-
-
ü   
6.
Steroid
-
ü   
-
-
-
-

Pembahasan
Metabolit sekunder adalah golongan senyawa yang terkandung dalam tubuh organisme yang terbentuk melalui proses metabolisme sekunder yang disintesis dari banyak senyawa metabolisme primer, seperti asam amino, asetil koenzim A, asam mevalonat dan senyawa antara dari jalur shikimat.
Pada praktikum metabolit sekunder kali ini dilakukan pengujian metabolit sekunder seperti uji Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponin, Triterpenoid dan Steroid.
Pada uji Alkaloid dilakukan pada simplisia tanaman tapak dara dan sirih merah yang telah diencerkan. Alkaloid dapat diketahui secara langsung dari tanaman karena memberikan rasa pahit di lidah. Senyawa ini dapat beracun bagi makhluk hidup namun dalam kondisi tertentu bermanfaat dalam pengobatan. biasanya digunakan sebagai obat jantung dan  kanker. Dari hasil pengujian kandungan alkaloid pada tapak dara dan sirih merah diketahui bahwa kandungan alkaloid pada tapak dara lebih tinggi dibandingkan dengan sirih merah.
            Pada uji Flavonoid dilakukan pengujian pada simplisia tanaman mawar dan sawi yang telah diencerkan. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa flavonoid pada mawar lebih tinggi daripada kandungan flavonoid pada wortel, karena pada mawar warnanya lebih pekat dibandingkan warna pada sawi.
Pada uji tanin dilakukan pada simplisia tanaman kunyit dan wortel yang telah diencerkan, untuk mengetahui kandungan tanin yang lebih tinggi dari dua tanaman tersebut dapat dilihat dari warnanya yaitu biru atau kehitaman dan kepekatan warna tersebut. Dari hasil pengujian diketahui bahwa wortel lebih banyak mengandung tanin dari pada kunyit, itu diketahui dari warna wortel yang lebih pekat dibandingkan dengan warna pada kunyit.
Pada uji saponin dilakukan pada simplisia mawar dan kunyit yang telah diencerkan. Untuk mengetahui kandungan saponin yang lebih tinggi dari kedua tanaman tersebut dapat diketahui dari busa/buih yang ditimbulkannya. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa mawar mempunyai kandungan saponin yang lebih tinggi dari pada kunyit, karena pada mawar busanya lebih tinggi daripada kunyit.
Pada uji triterpenoid dan steroid dilakukan pada simplisia sirih merah dan sawi yang telah diencerkan. Untuk mengetahui apakah tanaman tersebut mengandung triterpenoid atau steroid dapat diketahui dari warnanya, yaitu apabila cairan tanaman tersebut berwarna merah atau ungu maka tanaman tersebut mengandung triterpenoid yang tinggi dan apabila cairan tanaman tersebut berwarna hijau atau biru maka tanaman tersebut kandungan steroidnya tinggi. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa kandungan triterpoid lebih tinggi pada tanaman sirih dan kandungan steroid lebih tinggi pada tanaman sawi.














KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.        Kandungan alkaloid pada tanaman  tanaman tapak dara lebih tinggi dari pada sirih merah.
2.        Kandungan flavonoid pada mawar lebih tinggi daripada kandungan flavonoid pada sawi, karena pada mawar warnanya lebih pekat dibandingkan warna pada sawi.
3.        Kandungan tanin pada sawi lebih tinggi dari pada kunyit, itu diketahui dari warna sawi yang lebih pekat dibandingkan dengan warna pada kunyit.
4.        Kandungan saponin  pada mawar lebih tinggi dari pada kunyit, karena pada mawar busanya lebih tinggi daripada busa yang dihasilkan kunyit.
5.        Kandungan terpenoid pada tanaman sirih lebih tinggi dari pada sawi dan tanaman sawi mempunyai kandungan steroid yang lebih tinggi dari pada sirih.
Saran
Agar pelaksaan praktikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan harus adanya peralatan yang menunjang dan pengerjaan sesuai dengan prosedur.



DAFTAR PUSTAKA                                                                      

LIPID



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lipid merupakan gudang energi, tidak larut dalam air dan dapat diekstraksi dari komponen sel lainnya dengan pelarut organik seperti hidrokarbon dan karbon tetraklorida (Poedjiadi, 2009).
Senyawa organik lipid adalah senyawa yang heterogen dari jaringan. Golongan Lipid adalah segolongan besar senyawa tak larut di dalam air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik misalnya eter dan kloroform dan merupakan senyawa yang heterogen dari jaringan. Sifat ini yang membedakan dengan karbohidrat, protein, asam nukleat dan kebanyakan molekul hayati lainnya. Lipid dapat diperoleh dari hewan maupun tumbuhan dengan cara ekstrasi menggunakan alkohol panas, eter dan pelarut lemak yang lainnya. Macam senyawa itu kuantitasnya yang diperoleh dari ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang dapat digunakan (Rosita, 2003).
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam lipid terbagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yaitu (Choke, 2009) :
1.        Lipid sederhana yaitu eter, asam lemak dan berbagi alkohol. Misalnya pada lilin   dan gliserol.
2.        Lipid gabungan yaitu eter, asam lemak yang mempunyai gugus tambahan misalnya fosfolipid.
3.        Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis. Misalnya lemak dan gliserol.
4.        Penggolongan lipid berdasarkan kemiripan struktur kimianya yaitu :
a.    asam lemak
b.    lemak
c.    lilin
d.   fosfolipid
e.    sfingolipid
f.     Terpen
g.    Steroid
h.    lipid kompleks (Poedjiadi, 2009).
Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai  asam lemak esensial karena tidak memiliki enzim untuk menghasilkannya (Suci, 2011).
Lemak dapat dibagi menjadi gliserin dan asam lemak, campuran yang dihasilkan mengandung tiga molekul asam lemak untuk setiap molekul gliserin. Karena itu proporsi asam untuk gliserin, senyawa kimia yang ditemukan dalam lemak sebelum split diketahui kimia sebagai triglycerids. Karena ada sejumlah asam lemak yang berbeda yang terjadi dalam lemak alam, banyak perbedaan yang sangat triglycerids ditemui di alam. Ini diberi nama sesuai dengan asam lemak atau asam yang dikandungnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Minyak tanah dan minyak pelumas adalah derivat dari minyak residu dan batu bara yang berisikan karbon dan nitrogen. Minyak bisa sampai ke perairan sebagai limbah. Sebagian besar lemak mengapung di dalam air limbah, akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa oleh lumpur (Salirawati et al., 2007).
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dari pada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak (Salirawati et al., 2007).
Lemak mempunyai beberapa manfaat pada tanaman yaitu sebagai lapisan lilin berfungsi untuk mengurangi laju transpirasi pada tanaman, karena irama laju asupan karbohidrat yang cukup tinggi bagi tanaman, maka asupan tersebut harus segera diolah oleh tubuh tumbuhan, menjadi energi maupun disimpan sebagai glikogen. Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas (Salirawati et al., 2007).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami cara melakukan analisis lemak kasar dengan metode ekstraksi Soxhlet, melakukan perhitungan kadar lemak kasar, dan mampu menganalisis kadar lemak berbagai jenis bahan atau produk pertanian.


TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak  mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut (Herlina  2002).
Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam karboksilat suku tinggi. Asam penyusun lemak disebut asam lemak. Asam lemak yang terdapat di alam adalah asam palmitat (C15H31COOH), asam stearat (C17H35COOH), asam oleat (C17H33COOH), dan asam linoleat (C17H29COOH). Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida.
Lemak mempunyai sifat-sifat fisik sebagai berikut :
a.       Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
b.       Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik lebur 71 °C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat) mempunyai titik lebur –17 °C.
c.        Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
d.      Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panasmerupakan pelarut lemak yang baik.
Sedangkan sifat-sifat kimia lemak yaitu sebagai berikut :
a.        Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi serta penukaran ester (transesterifikasi)
b.      Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Hal ini terjadi disebabkan adanya sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
c.       Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila reaksi penyabunan telah selesai, maka lapisan air yang mengandung gliserol dapat dipisahkan dengan cara penyulingan.
d.       Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak atau minyak Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
e.       Pembentukan keton
Keton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
f.       Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak (Suci, 2011).
Dalam mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan dengan mengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air (pelarut anhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang (Sriyana, 2005).
            Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode. Terdapat dua metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anhydrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak ini digunakan metode ekstraksi kering yaitu metode Soxhlet (Sriyana, 2005).
Soxhlet merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk mengekstrak suatu bahan dengan pelarutan yang berulang-ulang dengan pelarut yang sesuai. Metode Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu. Ekstraksi dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10 menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini menggunakan efek perendaman contoh dan tidak menyebabkan penyaluran. Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada metode kontinu (Sriyana, 2005).
Prinsip Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out (Rosita, 2003).
Langkah-langkah dalam metode Soxhlet adalah: menimbang tabung pendidihan, menuangkan eter anhydrous dalam tabung pendidihan, susun tabung pendidihan, tabung Soxhlet, dan kondensator, ekstraksi dalam Soxhlet, mengeringkan tabung pendidihan yang berisi lemak yang terekstraksi pada oven 1000C selama 30 menit, didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (Sriyana, 2005).
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel), di atas sampel ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan titik didih 60 sampai dengan 80°C. Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan petroleum spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan lemak pada pelarut organik. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam Soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan Soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak kemudian mulai dipanaskan (Sriyana, 2005).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju  labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Sriyana, 2005).
Faktor-faktor yang memengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-negatif (Rosita, 2003).
Lemak pada tumbuhan umumnya terdapat dalam bentuk lemak dan minyak. Lemak dan minyak yang tergolong lipida berfungsi sebagai pembentuk struktur membran sel, sebagai bahan cadangan dan sebagai sumber energi. Selain dalam bentuk minyak dan lemak, lemak juga terdapat dalam bentuk senyawa lapisan pelindung pada epidermis batang, daun dan buah (Suci, 2011).
Penyimpanan asam lemak berbentuk minyak dan lemak dalam jumlah yang relatif besar dapat ditemukan sebagai bahan cadangan penting dalam buah dan biji-bijian. Cadangan ini tersimpan dalam endosperm atau perisperm dalam bentuk lipid dengan kandungan yang beragam (Suci, 2011).
Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian termasuk pada biji kacang buncis dan kacang panjang sebagai sumber energi. Cadangan ini merupakan salah satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi pertumbuhan (Suci, 2011).
Pada sel tumbuhan, cadangan lipid adalah asam lemak. Cadangan ini oleh lipase dihidrolisir menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak ini dipakai dalam sintesis fosfolipid dan glikolipid yang diperlukan untuk pembentukan organel. Sebagian besar diubah menjadi gula dan diangkut untuk pertumbuhan kecambah (Suci, 2011).
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dan sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous. Keuntungan dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahan metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak (Sriyana,2005).
Analisis lemak kasar merupakan salah satu komponen dari rangkaian analisis proksimat yang sering dilakukan pada analisis bahan pakan ternak. Analisis kadar lemak kasar yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode Shoxlet yang dimodifikasi (Sriyana, 2005).
           


BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
            Alat yang digunakan berupa seperangkat Soxhlet, alat pemanas Soxhlet, timbangan neraca analitik, mortar dan pastle.
Bahan
            Bahan yang digunakan adalah kertas saring, pelarut lemak (Petroleum Benzine), kacang panjang dan buncis.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 24 Nopember 2013 pukul 11.00 WITA sampai dengan selesai, bertempat di Laboratorium Analisa Kimia Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
1.   Timbang labu alas, oven labu alas selama 6 jam dengan suhu 900C.
2.   Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 5 gr.
3.   Setelah sampel ditimbang, sampel dibungkus dengan kertas saring sebanyak 2 lapis.
4.   Setelah itu, masukkan sampel yang telah dibungkus ke dalam tabung Soxhlet.
5.   Labu Soxhlet ditimbang dengan neraca analitik.
6.   Masukkan pelarut lemak ke dalam labu sebanyak 140 ml.
7.   Kemudian lakukan ekstraksi selama 4 jam.
8.   Sampel yang telah diekstraksi, dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 600C.
9.   Setelah itu sampel didinginkan di desikator, barulah sampel ditimbang lagi.






















HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Pengujian lemak pada sampel tanaman
No
               Sampel
1
2
3
1.
Kacang Panjang
1,9 %
3,9 %
4,0 %
2.
Kacang Buncis
0,8 %
6,0 %
4,0 %

Perhitungan
% Lemak =
Hasil dan perhitungan
Diketahui :Berat sampel = 5,00 gr
Berat labu = 106,9 gr
Berat akhir = 107,1gr
Berat lemak = Berat akhir – Berat labu
% Lemak =
=
= 4,00 %
Jadi kandungan lemak kasar pada kacang tanah adalah 4,00 %







Pembahasan

Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur- unsur mineral. Unsur mineral juga di kenal sebagai zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah jelas diketahui fungsinya pada makanan ternak, belum banyak penelitian sejenis dilakuakan pada manusia. Karena itu peranan berbagai unsur mineral bagi manusia masih belum sepenuhnya diketahui (Rosita,2003).
Dari praktikum yang telah dilakukan berat awal kacang  ditimbang sebesar 5,00 gram dan berat labu awal 106,9 gram menjadi 107,1 gram dengan petrolium benzin sebanyak 125 ml. Sebelumnya  yang dipersiapkan labu lemak dan dioven dengan suhu 105 selama 3-4 jam kemudian di masukkan kedalam desikator dan didinginkan, kemudian labu lemak ditimbang lagi. Setelah dilakukan ekstraksi diperoleh kadar/kandungan lemak sebesar 4,00 %, dimana hasil tersebut diperoleh dari hasil perkalian berat lemak sebesar 107,1 dikurang 106,9 yang dibagi dengan berat sampel sebesar 5,00 gram kemudian dikalikan dengan 100 %.
Dari hasil praktikum tersebut diketahui bahwa hasil kadar lemak untuk setiap kelompok berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kadar air yang terkandung dalam biji semakin banyak kadar air yang terkandung dalam biji maka kadar lemak semakin tinggi, waktu pemanenan dan lama penyimpanan biji. Lamanya waktu pemanenan dan penyimpanan menyebabkan kandungan air pada biji semakin berkurang sehingga kandungan lemak dalam biji tersebut juga berkurang.
Soxhlet merupakan metode penyarian yang menggunakan alat Soxhlet. Pada proses ini, sampel yang akan diekstraksi dimasukkan dalam sebuah kantung ekstraksi, lalu diletakkan di bagian alat Soxlet dan digenangi dengan pelarut yang cocok. Pemanasan yang dilakukan akan menyebabkan pelarut menguap ke atas dan akan diembunkan oleh pendingin udara menjadi tetesan yang akan terkumpul kembali, bila melewati batas lubang pipa samping Soxhlet maka akan terjadi sirkulasi yang berulang-ulang dan menghasilkan sirkulasi yang baik (Rosita, 2003).
Keuntungan Soxhletasi adalah membutuhkan pelarut yang sedikit, karena penyarian terjadi berulang-ulang sehingga simplisia terus menerus diperbaharui dan zat yang tersari didalam pelarut lebih banyak. Kerugian dari prosedur Soxhletasi biasanya hanya dipergunakan untuk konstituen yang relatif aman terhadap pengaruh pemanasan dan hanya dipergunakan untuk simplisia tumbuhan dan jumlah kecil oleh karena keterbatasan daya tampung dari alat Soxhlet tersebut (Rosita, 2003).
Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama –COOH dalam bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi (Rosita, 2003) .
Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Fungsi utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi. Cadangan ini merupakan salah-satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi Pertumbuhan. Penguraian lemak secara kimiawi menghasilkan energi dalam jumlah yang lebih besar sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari penguraian karbohidrat (Rosita, 2003).
Pada sel tumbuhan, cadangan lipid adalah asam lemak. Cadangan ini olehlipase dihidrolisir menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak ini dipakai dalam sintesis fosfolipid dan glikolipid yang diperlukan untuk pembentukan organel.Sebagian besar diubah menjadi gula dan diangkut untuk pertumbuhan kecambah (Rosita, 2003).













KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.    Lemak atau lipida terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
2.    Fungsi utama cadangan lemak dan minyak dalam biji-bijian adalah sebagai sumber energi. Cadangan ini merupakan salah satu bentuk penyimpanan energi yang penting bagi pertumbuhan.
3.    Penguraian lemak secara kimiawi menghasilkan energi dalam jumlah yang lebih besar sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan energi yang dihasilkan dari penguraian karbohidrat.
4.    Total kadar lemak pada kacang buncis adalah 4,00 %.

Saran
Sebelum praktikum, hendaknya diawali dengan mengenalkan alat  yang digunakan agar praktikan dapat mengetahui dan dapat mengoprasikan.









DAFTAR PUSTAKA
Choke. 2009. Bab 1- Minyak Nabati.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Rosita, Sipayung. 2003 Biosintesis Asam Lemak Pada Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Sumatera Utara

Salirawati et al.2007.belajar kimia menarik. Grasindo. Jakarta.
Sriyana S. 2005. Analisi Kandungan Lemak Kasar Pada Pakan Ternak Dengan Menggunakan Bahan Pengextrak  Bensin Biasa Yang  Disuling. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Loka Penelitian Sapi Potong Grati-Pasuruan.

Suci, Q. Sakinah. 2011. Lipid. Laboraturium Terpadu Kesehatan Masyarakat Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Hasanuddin. Makasar.